Abstract
Di kawasan hutan tropis dataran rendah terbesar di Pulau Sumatra Taman Nasional Tesso Nilo telah berlangsung proses pengalihan fungsi hutan yang semula sebagai sumber kekayaan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati, habitat satwa khas, penghasil oksigen, mengatur iklim mikro maupun makro, menyerap gas-gas perusak lapisan ozon penyebab efek rumah kaca yang menaikan suhu bumi, melindungi tanah serta air tanah, penghasil produk hutan seperti getah, madu, buah-buahan, obat-obatan, protein hewani, rotan, damar dan kayu serta sumber mata pencaharian penduduk perdesaan sekitar kini mengalami berbagai benturan kepentingan. Rantai panjang proses benturan kepentingan tersebut meliputi fakta penebangan hutan secara besar-besaran untuk industri kayu, pengalihan fungsi hutan primer yang heterogen menjadi hutan tanaman homogen dan pembukaan perkebunan besar sangat tidak hanya mengancam pelestarian keanekaragaman hayati, tetapi juga telah menimbulkan dampak negatif bagi eksistensi masyarakat lokal.Penelitian ini merupakan studi kasus dan menggunakan pendekatan kualitatif, maka pengambilan informan dilakukan berdasarkan tujuan tertentu, yaitu untuk memperoleh gambaran seluas-luasnya tentang konflik antar pemangku kepentingan di seputar Taman Nasional Tesso Nilo. Informan dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh terkait dengan masyarakat, otoritas pemerintah pengelola kawasan, perusahaan dan pemerintahan daerah.Situasi sosial ekonomi desa-desa sekitar TNTN masih ditandai dengan terdapatnya kesenjangan sosial ekonomi antara desa asli/tempatan yang umumnya lebih miskin dibandingkan dengan desa-desa transmigrasi. Keberadaan perusahaan-perusahaan besar sekitar desa-desa sekitar TNTN ternyata belum memberikan kontribusi berarti bagi perbaikan ekonomi masyarakat desa. Terdapat hubungan yang berkonflik antara penduduk desa-desa sekitar TNTN dengan perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berkenaan dengan konversi kebun plasma kelapa sawit. Di desa-desa yang berbatasan langsung dengan kawasan Tesso Nilo, serangan gajah cukup intensif yang menimbulkan kerugian terhadap perekonomian penduduk. Sosialisasi program konservasi TNTN, khususnya sosialisasi program konservasi gajah ternyata masih minim dan belum merata diterima masyarakat sehingga pandangan pro kontra tentang program-program konservasi ini berpotensi meluas dan cenderung kontra produktif bagi upaya menggalang partisipasi masyarakat perdesaan dalam rangka pembangunan TNTN itu sendiri.