Abstract
Close the genitals for a Muslim woman is a liability as embodied in the Qur'an. Clothes that cover the genitals is commonly called hijab. In the development of the hijab is not simply understood as a religious duty. However, it extends into the lifestyle of women in part. Hijab eventually not only a manifestation of piety as hoped religious orders. On the other hand hijab is a manifestation of social phenomena. This is reinforced by the widespread use of the hijab in some communities for reasons of politics, law, and others. Religious reasons behind the use of hijab among Muslim women. This reality ultimately refers to a conclusion that hijab is not merely a representation of Muslim piety but the hijab is also a life style for some Muslim women to be impressed or present a religious atmosphere in the life she lived.***Menutup aurat bagi seorang muslimah adalah kewajiban sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an. Pakaian yang menutup aurat ini biasa disebut jilbab. Dalam perkembangannya jilbab bukan sebatas dipahami sebagai sebuah kewajiban agama. Namun meluas menjadi gaya hidup sebagaian perempuan. Jilbab akhirnya tidak hanya sebuah perwujudan kesalehan sebagaimana yang diharapkan perintah agama. Jilbab disisi lain merupakan manifetasi dari fenomena sosial. Hal ini diperkuat dengan maraknya penggunaan jilbab pada sebagian masyarakat karena alasan politik, hukum, dan lainnya. Beragama alasan yang melatarbelakangi penggunaan jilbab di kalangan muslimah. Realitas ini pada akhirnya merujuk pada sebuah kesimpulan bahwa jilbab bukan semata-mata representasi kesalehan muslimah. Tetapi jilbab juga menjadi life style bagi sebagian muslimah agar terkesan atau menghadirkan suasana religius dalam kehidupan yang dijalaninya.