Abstract
Humans need encouragement and motivation to work and worship Allah. One of the definitions of hikmah tasyri’ is showing humans the purpose of shari'a to be motivated to implement it. The ultimate objective is that humans see worship as a necessity rather than an obligation. What the thinking framework in establishing of hikmah tasyri’ is and to what extent it is relevant to the current situation?. This study was library research using the primary book entitled hikmatu tasyri’ wa falsafatuhu, employing a descriptive analysis method. The finding indicated that al-Jurjawi argued that hikmah tasyri’ is applicable in humans’ life, as evidenced by hikmah tasyri’ definition that uses the word yaqsudu (aiming). The philosophy of Al-Jurjawi divides hikmah tasyri’ into two approaches. First, the philosophy approach consists of four principles: believing one God, implementing shari'a sincerely, commanding the good and forbidding the evil as reflected on the noble behaviour or attitude for prevention. Second, Tasyri’ approach is based on the textual source, dalil naqli, (Qur’an and hadiths), like the search of the Islamic law based on the understanding of the textual source and the use of logical thinking which are also strengthened by various approaches, namely social, health, and history. The thinking framework of al-Jurjawi in understanding hikmah tasyri’ is relevant to the current issues. Abstrak: Manusia membutuhkan dorongan atau motivasi untuk melaksanakan suatu pekerjaan begitu juga dalam melaksanakan ibadah kepada Allah, salah satu dari pengertian hikmah tasyri’ adalah menunjukan kepada manusia tujuan yang diinginkan dari sebuah syari’at sehingga memunculkan motivasi untuk melaksanakannya. Tujuan ahirnya adalah agar manusia menjadikan ibadah sebagai kebutuhan bukan sekedar kewajiban. Lalu bagaimana kerangka berpikirnya dalam menetapkan hikmah tasyri’, dan bagaimana relevansinya dengan kondisi kekinian?. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library risearch) dengan sumber primer kitab hikmatu tasyri’ wa falsafatuhu. Dengan metode penelitian deskriptif analisis. Hasilnya bahwa hikmah tasyri’ menurut al-Jurjawi aplikatif dalam kehidupan manusia. Hal ini terlihat dari defenisi hikmah tasyri’ yang menggunakan kata yaqsudu (bertujuan). Falsafah al-Jurjawi menetapkan hikmah tasyri dibagi dua pendekatan: 1). Pendekatan Filosofi dengan empat kunci, yaitu mentauhidkan Allah, melaksanakan syari’at dengan ikhlas, amar makruf nahi mungkar tercermin dari akhlak yang mulia dan bertujuan untuk pencegahan. 2). Pendekatan Tasyri’ dengan berdasarkan teks dalil naqli (al-Qur’an dan hadits) atau sama dengan illat hukum, berdasarkan pemahaman yang dalam terhadap dalil naqli dan menggunakan logika berpikir dengan memperkuatnya dengan berbagai pendekatan ; sosial, kesehatan dan sejarah. Kerangka berfikir al-Jurjawi dalam memahami hikmah tasyri’ ini relevan dengan kondisi kekinian. Kata Kunci: Falsafah, Hikmah, Tasyri’, Perspektif.