Komparasi Agama Terkait Pembangunan Rumah Ibadah Antara Lebak dan Pandeglang

Abstract
This paper aims to dissect the concept of how to compare religions related to houses of worship between Lebak and Pandeglang. Today, social society has a lot of diversity, including ethnicity, language, race, and religion. With so many differences and social diversity, society tends to cause divisions in the community environment. The differences that are present in the community are fostered by a unity that respects one another. The study in this article describes the side of Indonesian pluralism, especially the social conditions of the religious community in Lebak Regency. The challenges that are present in forming unity and respecting differences in the concept of multicultural pluralism are not clashed with disagreements and respect for the differences that exist in each individual. Neither government regulations or policies, both central and regional, do not limit the space for minority communities. The concept that is present in the community will lead to love for unity and peace. Lebak is a district in Banten Province, which is tolerant of differences. In the condition of a society that respects each other and chats with tolerance, the culture of the community that is different from the individuals in the environment, is able to understand the character of every human being, so that hate speech about a group is almost non-existent. However, in contrast to neighboring districts, Pandeglang has become a district nicknamed the city of santri in Banten province, which is quite intolerant of non-Muslims. One of which is the community rejects the construction of non-Muslim places of worship in Pandeglang district. Of course this shows a clear allusion that looks like distinguishing the right to religion and worship only in Islam.Keywords: multiculturalism, pluralism, identity, comparison AbstrakTulisan ini bertujuan untuk membedah konsep bagaimana Komparasi Agama Terkait Rumah Ibadah Antara Lebak dan Pandeglang. Dewasa ini sosial masyarakat memiliki banyak keberagaman, baik suku, bahasa, ras, maupun agama. Dengan banyaknya perbedaan serta keberagaman sosial masyarakat cenderung menimbulkan perpecahan dalam lingkungan masyarakat tersebut. Perbedaan yang hadir ditengah masyarakat dipupuk dengan persatuan yang saling menghargai satu sama lain. Kajian dalam artikel ini mendeskripsikan sisi pluralism Indonesia terkhusus kondisi sosial umat beragama di Kabupaten Lebak. Tantangan yang hadir dalam membentuk persatuan dan saling menghargai perbedaan dalam konsep pluralism multikultularilsm tidak dibenturkan dengan perselisih­­ paham dan menghargai perbedaan yang ada pada setiap individu. Baik aturan atau kebijakan pemerintah baik pusat ataupun daerah, tidak membatasi ruang terhadap masyarakat minoritas. Konsep yang hadir ditengah masyarakat tersebut akan menimbulkan cinta persatuan dan perdamaian. Lebak merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Banten, menjdi salah-satu daerah yang toleran terhadap perbedaan. Dalam kondisi masyarakat yang saling menghargai dan bercengkrama dengan toleransi, budaya masyarakat yang berbeda dengan individu yang ada di lingkungan tersebut, mampu memahami karakter setiap insan, sehingga ujaran kebencian akan suatu kelompok hampir tidak ada kasus. Namun beda dengan Kabupaten tetangganya, Pandeglang malah menjadi sebuah kabupaten yamng di juluki kota santri di provinsi Banten cukup intoleran terhadap non-muslim. Yang salah satunya masyarakat menolak pembanguan rumah ibadah non-muslim di kabupaten pandeglang. Tentu hal ini menunjukan adanya singgungan jelas yang terlihat seperti membedakan hak beragama dan beribadah hanya ada pada agama islam.Kata Kunci: multikulturalisme, pluralisme, identitas, komparasi