Abstract
Kekerasan seksual ataupun pelecehan seksual selalu menjadi permasalahan yang tidak kunjung meredam, setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Kekerasan seksual bisa menimpa siapa saja, termasuk anak penyandang tunagrahita. Anak penyandang tuna grahita adalah mereka yang mengalami keterbelakangan mental, dimana kondisi mentalnya berada dibawah batas normal, kondisi tersebut juga dikenal dengan Retardasi Mental, akan tetapi secara fisik mereka normal. Sudah semestinya untuk memberikan edukasi kepada mereka mengenai pendidikan seksual, karena bagaimanapun juga mereka harus mandiri dan bisa berdiri dengan kaki mereka sendiri. Sehingga dibutuhkan suatu pengelolaan manajemen yang tepat dalam menyampaikan pendidikan seksual kepada mereka. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan manajemen pendidikan yaitu pembelajaran tentang perbedaan gender dan penanaman pendidikan karakter. Model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran sentra, dengan konsep bermain peran. Hal tersebutlah yang akan dibahas dalam artikel ini guna mengentaskan anak-anak penyandang tunagrahita dari kekerasan atau pelecehan seksual yang mengancam masa depan mereka.