Abstract
This article starts from the fact that religion and culture are two areas that often trigger pro and contra. On the one hand, there are many figures who clearly define the boundaries between religion and culture, while on the other hand there are also figures who continue to seek formulations of their relationship with the assumption that religion and culture provide mutual support. Clifford Geertz, an anthropologist born in San Francisco, contributed to the idea of religion and culture. This article uses the literature study method. The literature used is books that are supported by journals and previous research that are relevant to the topic the author raises. The result is that Clifford Geertz assesses human culture as a text that needs to be interpreted or thick description. This also applies when studying religious phenomena that occur in the midst of a society which is not only explained but come to the discovery of the meaning of these religious phenomena. Abstrak Artikel ini berangkat dari fakta bahwa agama dan kebudayaan sering kali menjadi dua wilayah yang memicu terjadinya pro dan kontra. Di satu sisi ada banyak tokoh yang secara tegas memberi batas antara agama dan kebudayaan, sedangkan di sisi lain ada juga tokoh yang terus mencari formulasi dari relasi keduanya dengan asumsi bahwa, agama dan kebudayaan saling memberi dukungan. Adalah Clifford Geertz, antropolog kelahiran San Fransisco turut memberi kontribusi gagasan mengenai agama dan kebudayaan. Artikel menggunakan kajian literatur. Literatur yang digunakan ialah buku-buku yang ditunjang dengan jurnal dan penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang penulis angkat. Adapun hasilnya ialah Clifford Geertz menilai kebudayaan manusia sebagai sebuah teks yang perlu diinterpretasikan (thick description). Hal ini juga berlaku ketika mengkaji fenomena agama yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang tidak hanya dijelaskan, tapi sampai pada penemuan pemaknaan dari fenomena keagamaan tersebut.