Abstract
Di antara empat kesultanan di Maluku Utara yang disebut dengan Moloku Kie Raha, hanya Ternate dan Tidore yang berkembang menjadi kesultanan besar. Kedua kesultanan tersebut berpusat di pulau-pulau kecil, tetapi justru mempunyai pelabuhan laut yang ramai disinggahi para pedagang asing dengan komoditas utama rempah-rempah. Hal ini menimbulkan pertanyaan bahwa mengapa Ternate dan Tidore dapat berkembang menjadi pelabuhan yang lebih ramai dikunjungi pedagang asing daripada pelabuhan-pelabuhan lain yang terletak di Halmahera, Bacan, dan pulau-pulau besar lainnya? Apakah karakteristik bentang alam pada pulau-pulau di kawasan Maluku Utara turut memengaruhi pedagang asing untuk menentukan pelabuhan mana yang akan mereka singgahi? Tujuan dari tulisan ini adalah memperoleh penjelasan mengenai peran bentang alam dari pelabuhan laut dalam menentukan ramai atau tidaknya dikunjungi oleh pedagang asing. Metode yang digunakan adalah desk research (kajian pustaka). Data sekunder yang digunakan, yakni: sejarah kesultanan-kesultanan di Maluku Utara, teknik pelayaran pada masa lampau, peta kuno, dan lukisan pelabuhan kuno. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua pelabuhan tersebut mempunyai bentang alam dengan karakteristik yang khas, serta secara geografis mudah disinggahi kapal-kapal besar, sehingga lebih mempunyai kecenderungan untuk disinggahi pedagang-pedagang asing. Karakteristik khas bentang alam pada kedua pelabuhan tersebut adalah Gunung Gamalama di Pelabuhan Ternate dan Gunung Kie Matubu di Pelabuhan Tidore.