Abstract
Penggunaan dot pada bayi menjadi salah satu kebiasaan yang diterapkan orang tua untuk menenangkan dan membuat bayi tidak rewel. Penggunaannya juga direkomendasikan untuk mencegah kematian mendadak pada bayi. Usia pengenalan dot dan intensitas penggunaannya bervariasi dan dapat memengaruhi proses ASI eksklusif serta risiko maloklusi gigi. WHO dan studi meta-analisis menjelaskan bahwa penggunaan dot berisiko menurunkan durasi menyusui dan mengganggu pemberian ASI eksklusif, sehingga nutrisi bayi tidak terpenuhi secara optimal. Namun, studi analisis uji acak klinis menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara penggunaan dot terhadap proses dalam pemberian ASI eksklusif; selain itu, penggunaan dot dapat sebagai penanda adanya masalah pada proses menyusui, sehingga belum terbukti jelas hubungan kausalitas antara penggunaan dot dan hambatan proses menyusui serta pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi penggunaan dot masih bervariasi di berbagai negara. Pacifier use is considered a method to soothe and calm infants. Pacifier use was also recommended to prevent sudden infant death syndrome (SIDS). The age at introduction and intensity of pacifier use may vary and affect exclusive breastfeeding (EBF) and the risk of dental malocclusion. WHO and meta-analyses studies suggest that the use of pacifier carries risks of reducing breastfeeding duration and would interfere with the exclusive breastfeeding process, resulting in non-optimal child nutrition. Analytical studies on randomized controlled trials (RCT) showed no association between pacifier use and EBF, and pacifier use may serve as a marker to identify breastfeeding problems. The causal relationship between pacifier use and interruption in breastfeeding and EBF has not been clearly proven; recommendations for pacifier use in different countries may vary.