Analisis Bahaya Alami (Natural Hazards) Di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Jawa Barat

Abstract
Bencana banjir di Kabupaten Baleendah (Kabupaten Bandung) yang terjadi setiap tahun seringkali menyebabkan ratusan hektar sawah gagal panen. Sementara itu, perubahan penggunaan lahan yang cepat terjadi di daerah dataran di daerah ini telah menyebabkan banyak sawah berubah menjadi pemukiman, sementara di daerah perbukitan banyak lereng telah berubah menjadi lahan terbuka yang disebabkan oleh kegiatan penambangan batu. Kegiatan semacam ini dapat mengurangi stabilitas lereng dan memudahkan terjadinya longsor di masa depan. Mempelajari bahaya alami untuk wilayah ini menjadi penting untuk kebutuhan mitigasi bencana di masa depan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan penggunaan lahan dan menilai bahaya banjir dan tanah longsor di Kabupaten Baleendah. Metode penelitian meliputi interpretasi visual penggunaan lahan dari citra Quickbird, analisis Pairwise Comparison untuk mendapatkan bobot dan skor parameter bahaya banjir dan tanah longsor, dan analisis Multi Criteria Evaluation (MCE) untuk menilai bahaya alami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interpretasi citra Quickbird menghasilkan 12 jenis penggunaan lahan yang didominasi oleh jenis pemukiman (31,17%) dan sawah (30,90%). Dari analisis Pairwise Comparison, ditemukan bahwa urutan bobot parameter bahaya banjir adalah durasi genangan (0,50), frekuensi genangan (0,33), dan kedalaman genangan (0,17), sedangkan untuk bahaya tanah longsor adalah kemiringan lereng (0,50), penggunaan lahan (0.33), dan bentuk lereng (0.17). Berdasarkan pemetaan rawan banjir partisipatif, ditemukan bahwa wilayah rawan banjir hanya tersebar di satu desa, yaitu Desa Andir, sedangkan untuk daerah rawan longsor tersebar di 5 desa. Hasil analisis Multi Criteria Evaluation (MCE) menunjukkan bahwa bahaya banjir kelas tinggi dan menengah masing-masing meliputi 128,99 ha dan 34,76 ha, sedangkan bahaya longsor kelas menengah, tinggi dan rendah masing-masing mencakup 281,62 ha, 940,84 ha, dan 124,69 ha. Mengontrol perubahan penggunaan lahan adalah pilihan yang baik untuk dilakukan di wilayah ini untuk mengurangi bahaya alami di masa depan.