Abstract
Islam dan budaya Jawa memiliki hubungan keterkaitan. Salah satu bentuk akulturasi budaya Jawa dengan Islam tergambar dalam tradisi megengan. Tradisi megengan merupakan tradisi kirim doa bersama sebagai penyambutan bulan suci Ramadhan. Pelaksanaan tradisi megengan yaitu pada malam awal masuk bulan Ramadhan. Umumya perayaan tradisi megengan diisi dengan acara selamatan oleh masyarakat sekitar. Ciri khas dari acara selamatan adalah pembuatan nasi berkat dan kue apem oleh masyarakat yang tujuannya untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar. Makna megengan bagi masyarakat adalah sebagai simbol permohonan maaf kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuannya agar manusia kembali suci dalam memasuki bulan Ramadhan. Penelitian ini termasuk jenis kualitatif. Menggunakan konsep teori dari Herbert Mead yaitu Interaksionisme Simbiolik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menganalisis simbol makna pelaksanaan tradisi megengan di Desa Kepet, Kecamatan Dagangan. Teknik pengumpulan data menggunakan purposive. Sumber data terbagi menjadi data sekunder dan data primer. Data primer berasal dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder berasal dari hasil kajian pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi megengan di Desa Kepet memiliki makna simbolik antara lain, sebagai makna permohonan maaf terhadap sesama, makna saling berbagi bagi sesama masyarakat, dan juga sebagai makna penyebaran melestarikan agama islam di Desa Kepet.