Abstract
Penyakit paru obstruksi kronik menduduki peringkat ke empat setelah penyakit jantung, kanker, dan penyakit serebro vaskuler sebagai penyebab kematian, biaya yang dikeluarkan untuk penyakit ini mencapai $24 milyar pertahunnya. INA-CBG merupakan paket pembiayaan kesehatan berbaris kasus dengan mengelompokkan berbagai jenis pelayanan menjadi satu kesatuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola pengobatan PPOK, biaya rata-rata pengobatan, kesesuaian biaya riil dengan biaya paket INA-CBG, serta factor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya total pengobatan PPOK di RSUD Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian cross sectional menurut perspektif rumah sakit. Metode pengambilan data secara retrospektif. Subyek penelitian adalah pasien rawat inap yang menderita PPOK dengan faktor risiko dan komplikasi. Variable penelitian meliputi karakteristik pasien meliputi umur dan jenis kelamin, faktor resiko dan komplikasi, dan biaya yang digunakan (medical cost dan non medical cost). Analisis data diuji menggunakan uji one sample T-Tes, Anova, Kruskal-wallis tes dan korelasi bivariat. Hasil penelitian menunjukkan usia > 60 tahun dengan jenis kelamin laki-laki paling banyak menderita PPOK (76,2%). Faktor resiko dan komplikasi terbanyak adalah cor pulmonale (42,8%) dan lama rawat inap paling banyak adalah < 4 hari (58,8%). Pola pengobatan kurang sesuai dengan alogaritma terapi menurut GOLD. Factor yang berhubungan dengan total biaya adalah lama rawat inap dan tingkat keparahan. Rata-rata biaya PPOK untuk tingkat keparahan berat sebesar Rp. 1.349.671 untuk ketiga jenis pembiayaan, untuk tingkat keparahan sangat berat dengan jenis pembiayaan umum, jamkesmas dan jamkesda berturut-turut adalah Rp. 1.051.955,5, Rp. 1.815.859 dan Rp. 1.589.706,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya pengobatan riil PPOK lebih rendah dan berbeda bermakna dengan biaya paket INA-CBG dengan nilai P 0,000.