Abstract
Salak pondoh saat ini menjadi komoditas prospektif bagi petani di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Permintaan Salak dari negara-negara importir setiap tahunnya terus meningkat sehingga kualitas, kuantitas, kontinuitas dan bahkan komitmen setiap pemasok mutlak diperlukan. Salah satu isu penting dalam rantai pasokan agribisnis salak adalah pengelolaan salak dari petani ke asosiasi yang belum efisien dan terstruktur dengan baik, sehingga perlu dikaji secara mendalam dengan melibatkan para pelaku rantai pasokan. Penelitian ini bertujuan untuk meminimalkan biaya transportasi dan implikasinya terhadap manajemen transportasi yang terkait dengan waktu panen salak. Metode yang digunakan adalah Spanning Tree Minimum (MST) dan Linear Programming Fuzzy (FLP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan FLP untuk analisis biaya transportasi lebih rendah dari pada menggunakan Linear Programming konvensional, meskipun ada beberapa batasan sistem yang dilanggar. Biaya transportasi minimum untuk Mitra Turindo dan Prima Sembada setiap tahunnya masing-masing sebesar Rp547.522.200 dan Rp.422.030.200, dan fungsi keanggotaannya masing-masing adalah 0,9 dan 0,8.