Abstract
Mulai tahun 2010, tren peternakan ayam broiler meningkat sangat signifikan. Semakin meningkatnya permintaan akan hasil peternakan ayam menjadikan perubahan atau pergeseran sumber pendapatan dari yang semula di sektor pertanian ke peternakan. Di awal pendirian kandang, penerimaan masyarakat sangat terbuka tetapi ketika skala peternakan berubah menjadi besar muncullah beberapa keluhan karenanya terutama adanya bau dan lalat. Adanya sikap yang kurang peduli dari peternak ayam broiler membuat masayarakat sedikit geram dan inilah yang menimbulkan perbedaan pendapat di antara mereka. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penanganan konflik antara peternak ayam dengan masyarakat sekitar yang dilakukan oleh pemerintah desa Pucanglaban. Untuk mengetahui strategi pemerintah desa dalam menangani konflik antara peternak ayam broiler dengan masyarakat peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pengambilan sample model snowball sampling. Berdasarkan hasil penelitian bisa dilihat bahwa untuk mengatasi konflik yang terjadi, pemerintah desa bertindak sebagai fasilitator, mediator dan juga regulator sehingga terjadi kesepakatan dengan menimimalkan kerugian antar kedua belah pihak. Untuk kedepannnya diharapkan ada aturan yang baku yang dibuat terutama oleh pemerintah desa mengenai prosedur dan tata cara pendirian kandang peternakan sehingga bisa menghindari potensi konflik di antara peternak ayam dengan masyarakat.