Analisis Generasi X Dalam Film Turah

Abstract
Setiap generasi memiliki karakter yang sama, hal ini didasari sebab mereka berbagi ruang hidup, peristiwa, dan tren yang sama membentuk pandangan dan nilai-nilai hidup yang mereka yakini. Saat ini terdapat lima generasi yang hidup dan berbagi ruang-waktu yang sama. Perbedaan pandangan dan nilai-nilai hidup tersebut seringkali menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami situasi terkini. Tulisan ini mencoba menganalisa bagaimana generasi-generasi tersebut dipresentasikan kedalam film. Mengambil film Turah sebagai bahan penelitian, penulis ingin menganlisa lebih jauh bagaimana karakter tokoh-tokoh dalam film tersebut mewakili generasinya masing-masing Film Turah dipilih sebagai wakil film Indonesia dalam Oscar Academy Award 2018 ini dirasa tepat mewakili karakter generasi Indonesia yang hidup di daerah perkampungan kumuh, meski kecenderungan kajian tentang generasi mengambil sampel orang-orang yang hidup diperkotaan. Dari sini kita dapat melihat bahwa setiap generasi memiliki persamaan karakter secara umum baik mereka yang tumbuh di perkotaan maupun di kampung terpencil sekalipun. Tulisan ini menggunakan dua perangkat analisis yaitu teori generasi David and Jonah Stillman untuk mengidentifikasi generasi dan karakteristik generasi dalam film Turah. Analisis kedua menggunakan analisis shot Christian Metz untuk mengkaji relasi generasi dalam film Turah. Dalam hal ini penulis melakukan pemilihan shot-shot yang dirasa repsesentatif mewakili interaksi antar generasi dalam film Turah. Turah adalah tokoh utama dalam film hadir mewakili generasi paruh baya dalam kajian generasi Stillman disebut sebagai generasi X. Generasi X memiliki peran sebagai penjembatan antara generasi diatasnya (boomer baby) dengan generasi dibawahnya (millenial). Kegagalan maupun keberhasilan generasi X dalam menyerap nilai-nilai generasi diatasnya untuk diwariskan kepada generasi milenial merupakan kunci dari karakter generasi Z, generasi terjauh dari para pendahulunya.