Abstract
This paper talks about the tradition of reading the Koran for pregnant women, which has been a hereditary culture in society. The letters read during the procession vary, but the most frequently chosen ones are the letters of Yūsuf, Maryam, and Yāsīn. The tradition of reciting the Koran to pregnant women is later transformed and adapted to the digital world in the online media YouTube. In which in the uploaded content, it contains the reading of the Koran which in the traditions of the local community is often the choice to read. Therefore, this paper focuses on three problem formulations, first, how is the sacredness of the Koran in the digital world? Second, how is the tradition of reading the Koran for pregnant women in the community? And third, can this tradition be replaced by digital media? The research method is descriptive analytical method by describing the social phenomena that occurs. The approach is a historical-critical approach, by analyzing what are the factors that cause the phenomenon of the tradition of reading the Koran pregnant women to emerge, then it is digitally adapted into the You Tube media. The results of the research that the author gets is that with the rapid development of the times, it does not make the tradition of reading the Koran for pregnant women disappear or be abandoned, but instead this tradition can be transformed and adapted into a digital version.Although, the transformation is only limited to the physical form of reading the al-Qur'an, from the point of view of selecting the letter, it appears that it really adapts the local cultural traditions. The transformation of the tradition of reading the Koran for pregnant women into digital form, in this case You Tube media cannot replace traditions or culture such as mitoni, four months, etc. Because it contains elements of mutual cooperation between communities, which cannot be replaced by online media. AbstrakTulisan ini berbicara tentang tradisi membaca al-Qur’an untuk ibu hamil yang telah menjadi budaya turun temurun di tengah masyarakat. Adapun surat-surat yang dibaca ketika dalam prosesi tersebut bervariasi, tetapi yang paling sering menjadi pilihan adalah surat Yūsuf, Maryam, dan Yāsīn. Tradisi membacakan al-Qur’an untuk ibu hamil kemudian dalam perkembangannya bertransformasi dan diadaptasi ke dunia digital dalam media online YouTube. Dimana dalam konten-konten yang diunggah, berisi bacaan al-Qur’an yang dalam tradisi masyarakat lokal sering menjadi pilihan untuk dibaca. Maka dari itu Tulisan ini berfokus kepada tiga rumusan masalah, yaitu pertama, bagaimana sakralitas al-Qur’an di dunia digital ?. Kedua, bagaimana tradisi pembacaan al-Qur’an untuk ibu hamil di tengah masyarakat?, dan ketiga, apakah tradisi tersebut dapat digantikan dengan media digital? Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dengan mencoba untuk mendeskripsikan fenomena sosial yang terjadi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis-kritis, dengan menganalisa apa saja faktor yang menyebabkan fenomena tradisi bacaan al-Qur’an untuk ibu hamil muncul, kemudian diadaptasi secara digital ke dalam media You Tube. Hasil penelitian yang penulis dapatkan adalah dengan perkembangan zaman yang pesat, tidak membuat tradisi membaca al-Qur’an untuk ibu hamil menghilang atau ditinggalkan, namun sebaliknya tradisi tersebut dapat bertransformasi dan diadaptasi ke dalam versi digital. Walaupun, transformasinya hanya sebatas bentuk fisik dari membaca al-Qur’an, namun dari segi pemilihan surat tampak bahwa benar-benar mengadaptasi tradisi budaya lokal. Tranformasi tradisi membacakan al-Qur’an untuk ibu hamil ke dalam bentuk digital, dalam hal ini media You Tube tidak dapat menggantikan tradisi atau budaya seperti mitoni, empat bulanan, dan lain sebagainya Karena di dalamnya mengandung unsur gotong royong antar masyarakat, yang tidak dapat digantikan dengan media online. Kata Kunci: Al-Qur’an, Digital, Ibu Hamil, Sakralitas, Tradisi.