FENOMENA ANAK JALANAN DI KOTA CIREBON

Abstract
Permasalahan anak jalanan atau pekerja anak merupakan masalah sosial yang belum terselesaikan sampai saat ini. Solusi yang dibuat oleh stakeholders atas permasalahan tersebut masih belum menyentuh akar permasalahan yang sesungguhnya. Permasalahan anak jalanan terkait erat dengan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya di dalam keluarga mereka. Desakan ekonomi dalam kehidupan perkotaan di Cirebon menyisakan kelompok masyarakat dengan akses yang serba terbatas. Menggunakan metode kualitatif, penelitian ini mengungkap permasalahan sosial, ekonomi, dan budaya anak jalanan di Kota Cirebon dengan mengambil data pada dua lokasi yang menjadi pusat anak-anak dan keluarganya melakukan aktivitas. Pengumpulan data lapangan dengan wawancara mendalam dan diskusi terfokus dengan anak jalanan dan keluarga mereka on the spot di lokasi untuk menjaga ke-alamiahan kegiatan yang biasa mereka lakukan. Menggunakan teori strategi bertahan keluarga (household survival strategy) masih nampak bahwa tenaga kerja anak adalah potensi sekaligus asset yang ada dalam keluarga sebagai tenaga kerja ketiga yang pada waktunya harus dipergunakan manakala keluarga dalam tekanan ekonomi yang hebat. Temuan penelitian menggambarkan kondisi anak jalanan sebagai berikut : usia responden anak jalanan antara 6 s.d. 13 tahun, Sebagian dari mereka sudah tidak bersekolah lagi (drop out), berasal dari Kota Cirebon 75% dan Kabupaten Cirebon 25% dengan aktivitas utama mengamen, mengemis dan berjualan tisu yang dijajakan di perempatan jalan ketika lampu lalulintas sedang merah (berhenti). Sebagian besar anak jalanan pernah mengalami kekerasan fisik sperti : 1) ditendang, dicubit, dan diinjak oleh tukang becak, 2) dibenturkan ke pintu oleh orang tuanya, 3) dipukul dan dikeroyok di sekolah oleh temannya, 4) dipaksa jual tisu, 5) dibatasi jam main, karena di terget jualan tisu. Kekerasan Psikologis : 1) dihina, diejek, bullying oleh teman sekolah maupun teman di jalan dan 2) bullying (dimarahi dan direndahkan) di rumah oleh orang tuanya. Alasan ekonomi dan situasi psikologis menjadi alasan anak turun ke jalan, yaitu alasan yang disampaikan oleh anak-anak melakukan aktivitas dan bertahan di jalanan.