Perbaikan Klinis dan Radiologis Tuberkuloma Serebral dengan Terapi Non Operatif: Dua Laporan Kasus

Abstract
Pendahuluan: Tuberkuloma serebral merupakan suatu bentuk tuberkulosis (TB) yang jarang dan serius karena penyebaran hematogen Mycobacterium tuberkulosis (MT). Tuberkuloma serebral ditemukan paling sedikit dibandingkan tuberkulosis intrakranial lainnya, yaitu sekitar 1%. Tuberkuloma serebral yang multipel hanya 15–33% kasus. Obat anti TB penting untuk keberhasilan pengobatan tuberkuloma serebral tapi belum ada kesepakatan mengenai durasi terapi. Kasus: Kasus 1: Laki- laki usia 33 tahun dengan keluhan penurunan kesadaran, kejang, sakit kepala, kelemahan tubuh sisi kanan. Gambaran MRI kepala dan biopsi menunjukan tuberkuloma. Penderita mendapat obat anti tuberkulosis rifampisin, INH, pirazinamid, dan injeksi streptomisin. Setelah pengobatan selama 13 bulan, penderita mengalami perbaikan secara klinis maupun radiologis. Kasus 2: Laki-laki usia 33 tahun dengan keluhan nyeri kepala kronik, demam tidak tinggi, muntah, dan dismetria kanan. Penderita juga diketahui menderita TB paru yang sedang dalam pengobatan selama 1 minggu. MRI kepala dengan kontras menyokong gambaran tuberkuloma serebral dan Gene Xpert MTB positif. Penderita mendapat pengobatan anti tuberkulosis berupa rifampisin, INH, pirazinamid, etambutol, dan injeksi streptomisin. Keluhan penderita membaik dimana tidak ada nyeri kepala dan dismetria setelah pengobatan selama 1 bulan. Kesimpulan: Tuberkuloma serebral dapat diterapi dengan obat antituberkulosis (OAT), minimal 9 bulan pengobatan. Pada beberapa kasus, masa pengobatan dapat ditambah sesuai dengan kondisi klinis dan radiologis penderita. Sedangkan pada kasus yang berat, tindakan eksisi tuberkuloma mungkin diperlukan.