Abstract
Pada Bahasa Jepang penanda kohesi gramatikal lebih cenderung dominan daripada kohesi leksikal dalam menentukan makna suatu kalimat. Sebaliknya, dalam bahasa Indonesia, untuk menandai bahwa suatu kejadian atau peristiwa itu akan terjadi, sedang terjadi, atau telah selesai, dimungkinkan lebih cenderung menggunakan penanda kohesi leksikal seperti adverbia atau keterangan waktu. Penulis ingin menelusuri lebih lanjut tentang perbandingan fungsi kala dan aspek kalimat bahasa Jepang kemudian membandingkannya dengan terjemahannya dalam kalimat bahasa Indonesia. Melalui metode penelitian deskriptif-kualitatif, perbandingan kala dan aspek antara kalimat bahasa Jepang dan bahasa Indonesia serta fungsi dan jenis aspek bahasa Jepang yang ditemukan dalam cerpen “Dewa Agni” dapat ditemukan. Hasil yang ditemukan adalah (1) dalam Bahasa Jepang, kegiatan yang akan dilakukan, sedang dilakukan atau telah terjadi dinyatakan secara jelas lewat kategori gramatikal aspeknya, sebaliknya, dalam bahasa Indonesia dinyatakan secara jelas dalam kalimatnya. (2) terkait jenis dan fungsi aspek yang muncul dalam cerpen “Dewa Agni” adalah sebagai berikut:(a) Kelompok katsuyougobi; masu/ru-kei, menyatakan peristiwa yang akan terjadi pada masa mendatang dan mashita/ta-kei, menyatakan perbuatan yang telah selesai dilakukan. (b) Kelompok te-kei; te iru, menyatakan keadaan atau situasi saat ini, te imashita, menyatakan peristiwa yang sudah terjadi, namun masih memandang proses kejadian hingga mencapai ketercapaian, te kuru, menyatakan proses hilang dan munculnya sesuatu, te shimasu, menyatakan ketuntasan perbuatan, menyatakan perbuatan yang tak disengaja dan diharapkan akhirnya terjadi. (c) Kelompok renyoukei; renyoukei+dasu, menyatakan dimulainya suatu perbuatan, renyoukei+ageru, menyatakan perbuatan yang dilakukan untuk orang lain, renyoukei+hajimeru, menyatakan dimulainya suatu perbuatan. Kata kunci: kala, aspek, kohesi leksikal dan kohesi gramatikal