The Effect of Citrus Farming Practices on Huanglongbing (HLB) Disease Severity in Sambas, West Kalimantan

Abstract
Beberapa praktik budidaya dilaporkan mempengaruhi kesesuaian agroekosistem bagi perkembangan penyakit tanaman. Namun demikian, praktik-praktik budidaya jeruk yang mempengaruhi perkembangan penyakit huanglongbing (HLB) dan serangga vektornya yaitu kutu loncat jeruk (KLJ) Diaphorina citri belum banyak diketahui. Penelitian ini mempelajari pengaruh praktik budidaya jeruk terhadap intensitas penyakit HLB melalui survei singkat selama dua minggu pada 37 kebun jeruk yang berlokasi di Kabupaten Sambas. Parameter pengamatan adalah intensitas serangan penyakit HLB, kelimpahan KLJ, dan praktik budidaya yang diterapkan. Pengaruh praktik budidaya terhadap intensitas serangan penyakit HLB dianalisis melalui structural equation modeling berbasis partial least squares (SEM-PLS). Hasil penelitian menunjukkan tingkat penggunaan pestisida, kualitas saluran drainase, dan kepadatan tanaman jeruk berpengaruh positif terhadap intensitas serangan penyakit HLB, sedangkan tingkat keanekaragaman vegetasi dan pemberian pupuk kimia berpengaruh negatif terhadap intensitas serangan penyakit HLB. Pengendalian gulma, kualitas tanah, dan pemangkasan pemeliharaan tidak mempengaruhi intensitas HLB. Oleh karena itu, penanaman jeruk sebaiknya menerapkan sistem polikultur, menggunakan beragam varietas, dan jarak tanam tidak terlalu rapat. Pemberian hara yang dapat meningkatkan ketahanan tanaman jeruk terhadap serangan KLJ hendaknya ditingkatkan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman disarankan dilakukan secara terpadu sehingga insektisida hanya digunakan ketika populasi hama mencapai ambang ekonomi. Kata kunci: huanglongbing, jeruk, kutu loncat jeruk, praktik budidaya