KEPALSUAN HIDUP DALAM HIPERREALITAS IKLAN

Abstract
Kapitalis (melalui iklan) memanfaatkan kondisi manusia yang terjebak dalam kehidupan yang dipenuhi dengan simulasi untuk mencapai keuntungan mereka. Di era modern ini, manusia telah terjerembab dalam ruang simulakra dan kehidupan hiperealis untuk kepentingan perluasan penetrasi produk mereka. Situasi ini dimanfaatkan sebagai sarana untuk memberikan fantasi-fantasi ataupun simulasi-simulasi lain sehingga menyebabkan manusia tidak bisa lagi membedakan mana yang asli dari yang palsu, yang real dari yang virtual, yang nyata dari fantasi.Peneliti ini didasarkan pada pandangan Jean P. Baudrillard yang melihat dunia manusia saat ini merupakan suatu dunia simulacra dipenuhi dengan simulasi dan memmbentuk kehidupan yang hiperrealitas. Media massa (terutama melalui iklan dan film) mempunyai peranan yang sangat besar dalam meciptakan dunia simulacra ini. Faktanya film dan iklan menyuguhkan begitu banyak kehidupan hiperrealis kepada audiensnya. Peneliti sangat tertarik untuk mengkaji permasalahan ini dan menggunakan menggunakan analisis naratif Todorovuntuk membongkar iklan komersial Ramayana Departement Store episode #DisneyHakSegalaBangsa yang peneliti pilih sebagai obyek penelitian.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkaran kepalsuan yang digambarkan sebagai “sebuah lingkaran setan kehidupan” karena pada waktunya siapapun korban dari kepalsuan juga akan melakukan hal yang sama kepada yang lainnya. Melalui iklan ini, Ramayana-lah menggambarkan dirinya sendiri sebagai sumber keaslian yang sebenarnya, dimana kegembiraan dan semua impian akan terwujud. Ramayana hendak menggiring pola konsumsi masyarakat Indonesia agar tetap berada dalam keadaan, dimana mereka terjebak pada komsumsi yang salah kaprah dan menjadi semakin terjerembab dalam pola konsumsi yang kehilangan esensi karena hanya melihat eksistensi dan citra dirinya.