Pengujian Tiga Paket Teknologi Budi Daya Jarak Pagar di Lahan Kering

Abstract
Pengujian teknologi budi daya jarak pagar yang tepat sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas biji jarak pagar hasil rehabilitasi. Penelitian dilaksanakan tiga tahun (2012–2014) di Kebun Percobaan Asem-bagus, Situbondo dengan karakter lahan kering, bertujuan untuk menguji tiga paket teknologi budi daya jarak pagar yang dapat meningkatkan produksi biji jarak pagar. Pengujian paket teknologi dilakukan pada sistem tanam baru IP-3A pada populasi rapat, pertanaman hasil rehabilitasi dengan sambung samping IP-3A dan pangkas IP-3A. Tanaman sela kacang tanah ditanam di antara tanaman jarak pagar. Komponen produksi dan produksi biji jarak pagar diamati saat panen dan diakumulasi per tahun. Pengujian paket teknologi budi daya tanaman jarak pagar pada sistem tanam baru menghasilkan produktivitas biji yang meningkat dari tahun pertama sampai tahun ketiga masing-masing 253,6 kg/ha; 1.277,2 kg/ha; dan 1.640,3 kg/ha. Pengujian paket teknologi budi daya jarak pagar hasil rehabilitasi dengan sistem sambung samping menghasilkan produktivitas biji dari tahun pertama sampai tahun ketiga berturut-turut 436,0 kg/ha, 3.434,5 kg/ha, dan 1.409,1 kg/ha dan produktivitas tanaman sela kacang tanah berturut-turut 960,0 kg/ha, 913,6 kg/ha, dan 1.233,3 kg/ha polong kering. Pengujian paket teknologi budi daya jarak pagar hasil rehabilitasi dengan pangkas menghasilkan produktivitas biji dari tahun pertama sampai tahun ketiga berturut-turut 529,8 kg/ha; 2.460,2 kg/ha; dan 1.567,3 kg/ha dan produktivitas tanaman sela kacang tanah berturut-turut 856,5 kg/ha; 300,46 kg/ha; dan 533,30 kg/ha polong kering. Teknologi budi daya tanaman jarak pagar yang diterapkan disesuaikan dengan kondisi tanaman yang ada. Penggunaan varietas yang dianjurkan yang sesuai dengan agroekosistemnya sangat dianjurkan melalui penanaman tanaman baru atau sambung samping. Tanaman yang telah meng-gunakan varietas baru dan telah melewati umur produktif (tiga tahun) dapat dilakukan pangkas bawah. Development of physic nut as an alternative energy source requires an optimized cultivation technology support. The field research was done in three consecutive years (2012–2014) in Asembagus Experimental Station, Situbondo to test physic nut cultivation technologies to improve productivity. Testing the cultivation technology package was performed on the new planted physic nut IP-3A, crop rejuvenation by grafting with entresIP-3A and pruning the IP-3A clone. Groundnut was planted as intercropwith physic nut, and after groundnut has been harvested, Crotalaria juncea was planted and harvested at the age of 45 days then mulched between physic nut plants. Yield components and yields of physic nut were recorded andaccumu-lated within a year. The application of cultivation technologies on new plating system resulted in agradually increase in seed yield from the first year to the third year consecutively, 253.6 kg/ha, 1,277.2 kg/ha, and 1,640.3 kg/ha. Physic nut IP-3A rejuvenated with grafting produced seeds 436.0 kg/ha at the first year, 3,434.5 kg/ha at the second year, and 1,409.1 kg/ha at the third year, and groundnut yields from first tothird year were 960.0 kg/ha, 913.6 kg/ha, and 1,233.3 kg/ha dry pods respectively. Physic nut IP-3A rejuvenated with pruning system produced seeds 529.8 kg/ha at the first year, 2,460.2 kg/ha at the second year, and 1,567.3 kg/ha at the third year and groundnut yields from first tothirdyear were 856.5 kg/ha, 300.46 kg/ha, and 533.30 kg/ha dry pods consecutively. Thus physic nut cultivation technologies are applied according to the conditions of existing plants. The use of recommended varieties best fit to agro-ecosystem is highly recommended by planting new plants or grafting. It is ideal to take up pruning activities when the plant is no longer productive.