Abstract
Daun sirih (Piper betle L.) diketahui mempunyai efek antifungi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek daun sirih sebagai antifungi secara in vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikologi, Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) tahun 2012. Bahan penelitian adalah ekstrak etanol dan minyak atsiri. Fungi (cendawan) yang digunakan dalam pengujian ini adalah Trichophyton verrucosum, yaitu cendawan jenis kapang, penyebab penyakit kurap pada kulit (dermatofitosis) hewan dan manusia. Media yang digunakan, Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Hasil penelitian ditentukan dengan perolehaan nilai konsentrasi hambat minimal (KHM). Bahan uji diencerkan dengan pengenceran ganda 6,250; 3,125; 1,56; 0,78; dan 0,39% untuk ekstrak etanol, dan 12,50; 6,250; 3,125; 1,56; 0,78; dan 0,39% untuk minyak atsiri. Koloni cendawan yang diuji ditumbuhkan pada media SDA dalam cawan petri selama 7 hari, masing-masing disuspensikan dengan aquades steril. Suspensi terdiri dari hifa dan sel spora. Kedua bahan yang diuji dituangkan ke dalam cawan petri steril dengan perbandingan 1:1, masing-masing 1 ml. Suspensi cendawan tanpa ekstrak atau minyak atsiri dituangkan ke dalam cawan petri sebagai kontrol negatif (0%). Media SDA yang masih cair dituangkan sebanyak 20 ml ke masing-masing petri. Inkubasi pada suhu 37oC selama 7 hari. Pengujian dilakukan dua kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimal (KHM) ekstrak etanol adalah 1,56%, dan minyak atsiri 12,5%. Ekstrak etanol mempunyai efek antifungi yang lebih kuat dibandingkan dengan minyak atsiri.