Optimasi Carbopol 940 dan Gliserin dalam Formula Gel Lendir Bekicot (Achatina fulica Ferr) sebagai Antibakteri Staphylococcus aureus dengan Metode Simplex Lattice Design

Abstract
Lendir bekicot (Achatina fulica Ferr) mengandung protein achasin, suatu senyawa dengan aktivitas antibakteri yang mendukung proses penyembuhan luka. Selain itu, peptida mytimacin-AF pada lender bekicot diketahui menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 25923. Lendir bekicot kurang praktis jika digunakan secara langsung sehingga perlu dikembangkan menjadi bentuk sediaan gel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi optimum campuran carbopol 940 dengan gliserin dalam formula gel dan mengevaluasi aktivitas antibakteri formula optimum terhadap S. aureus ATCC 25923. Gel lendir bekicot dibuat tiga formula dengan komposisi carbopol 940 dan gliserin masing-masing sebesar 1; 1,5; dan 2%, serta 15; 14,5; dan 14%. Semua formula diuji sifat fisiknya selama empat minggu, meliputi organoleptis, homogenitas, viskositas, daya sebar, daya lekat, dan pergeseran viskositas. Hasil uji dioptimasi dengan metode simplex lattice design menggunakan program Design Expert 8.0.6.1. Formula optimum yang diperoleh dievaluasi sifat fisiknya selama empat minggu, sedangkan aktivitas antibakterinya diuji dengan menggunakan metode difusi sumuran. Hasil penelitian menunjukkan formula optimum gel lendir bekicot dengan proporsi campuran carbopol 940 dan gliserin masing-masing 1,123 dan 14,877%. Formula optimum memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dengan diameter zona hambat sebesar 1,73 cm.