Kisah Qabil Dan Habil Dalam Al-Qur’an: Telaah Hermeneutis

Abstract
AbstrakTulisan ini membahas tentang bagaimana kisah Qabil dan Habil di dalam Al-Qur’an (S. Al-Ma’idah [5]: 27-31) dikaji secara hermeneutis. Dalam kisah ini Qabil diceritakan telah membunuh Habil, adiknya, sebab hanya persembahan Habil yang diterima oleh Tuhan, sementara persembahannya tidak diterima. Kajian ini dilakukan dengan tiga alasan. Pertama, penulis ingin mengangkat kembali kajian kisah dalam Al-Qur’an yang dianggap telah ‘final’, sehingga belakangan sepi peminat bila dibanding dengan kajian ayat-ayat sosial kemasyarakatan dan hukum. Kedua, penulis hendak merekonstruksi pemahaman terhadap kisah tersebut yang selama ini hanya dipahami sebagai kisah orang-orang terdahulu_dalam lingkup waktu dan tempat tertentu_dan untuk itulah cukup diyakini kebenarannya saja. Padahal, yang ditonjolkan kisah bukanlah semata-mata unsur benar atau tidaknya, melainkan pesan-pesan terdalamnya. Ketiga, alasan metodologis, di mana kajian tentang kisah terdahulu lebih banyak dilakukan dengan pendekatan historis, sehingga tidak lagi memperhatikan nilai-nilai universalnya, bahwa Al-Qur’an shalih li kulli zaman wa makan. Untuk itulah, penulis meminjam Hermeneutika Hans-Georg Gadamer sebagai pisau analisis dengan memfokuskan pada teori horizontverschmelzung (penggabungan horizon). Teori tersebut membantu dalam memahami kisah Qabil dan Habil dengan melibatkan horizon pembaca dan horizon teks. Dengan teori tersebut, makna kisah Qabil dan Habil bukan lagi tentang kisah pembunuhan pertama di dunia yang telah berlalu, melainkan dapat ditarik signifikansi maknanya yang universal-kontemporer, yaitu tentang konflik antar manusia dan solusinya.