Abstract
Penelitian ini berupaya untuk menggali dan menelusuri konsep pemikiran ideologi politik Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi pada abad ke-19 M. Pada abad ini kondisi sosial-politik dan sosio-religius masyarakat Melayu sedang mengalami tranformasi intelektual yang melibatkan sebuah jaringan intelektual dan Abdullah Munsyi yang hidup di abad ini, tentunya masuk dalam pusaran tradisi intelektual di masa itu. Kemudian yang tak kalah menarik adalah adanya penetrasi bangsa Eropa (Belanda dan Inggris) yang sedang mengadakan penjajahan di Melayu. Karena itu, fokus penelitian ini untuk menjawab pokok permasalahan bagaimana konsep nation-state menurut Abdullah Munsyi dalam konstelasi ideologi politik Melayu Islam di abad ke-19 M dan bagaimana relevansinya konsep negara bangsa Indonesia saat ini?. Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan penelitian ini mendapatkan eksplanasi sejarah untuk mengungkapkan konsep nation-state menurut Abdullah Munsyi dalam konstelasi ideologi politik Melayu Islam di abad ke-19 M dan mendeskripsikan relevansinya konsep negara bangsa Indonesia saat ini.Penelitian menggunakan teori conscience morale Ernest Renan dan teori kontrak sosial (social contract) yang digagas oleh J. J. Roussae. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research) dan menggunakan pendekatan historis dan filsafat politik. Data primer dalam penelitian ini adalah buku Hikayat Abdullah karya Abdullah Musnyi terbitan Yayasan Karyawan, Kuala Lumpur, Malaysia tahun 2007 dan data sekunder, berupa buku, artikel jurnal, makalah, dan lainya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sebagai penelitian sejarah yang pada dasarnya bertumpu pada sumber-sumber sejarah sebagai implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.Temuan hasil penelitian adalah: 1). Sesuai dengan teori conscience morale Ernest Renan dan teori kontrak sosial (social contract) yang digagas oleh J. J. Roussae, Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi penggagas paham kebangsaan. Melalui karya terpentingnya, Hikayat Abdullah, ia mengedepankan rumusan identitas Melayu dalam rumusan bangsa yang dipahami sebagai suku atau ras Melayu yang memiliki hak untuk terlibat menentukan format politik Melayu bukan sebagai komunitas yang berada di bawah sistem politik yang berbasis pada ideologi kerajaan yang cenderung otoriter. 2). Kedekatannya dengan pihak kolonial Inggris, sehingga membentuk pemikiran liberal yang diperolehnya dari Raffles dan kawan-kawannya. Ia tidak hanya membongkar manipulasi ideologi kerajaan, tetapi sekaligus mengedepankan pandangan baru tentang eksistensi individu yang humanis. 3). Paham kebangsaannya memiliki nilai egalitarian yang sangat relevan dengan konteks Indonesia saat ini, khususnya nilai-nilai kesetaraan (egalitarianisme) di tengah munculnya konflik berbagai konflik saat ini. Demikian juga konsep nation-state terkait erat dengan nasionalisme dan good governance di mana pengelolaan...